Wednesday, March 16, 2011

Nomor Telepon Darurat

Ketika Anda memangil, Tuhan menjawab. Anda menangis minta tolong dan Dia akan berkata: "Ini Aku" (Yesaya 58:9). Ketika Anda memanggil, gunakan "Nomor Telepon Darurat" di bawah ini:
  • Saat berduka cita, putar Yohanes 1
  • Ketika dikecewakan sesama, putar Mazmur 27
  • Jika Anda ingin berbuah, putar Yohanes 15
  • Ketika Anda berdosa, putar Mazmur 51
  • Ketika Anda khawatir, putar Matius 6:19-34
  • Ketika Anda dalam bahaya, putar Mazmur 91
  • Ketika Tuhan terasa jauh, putar Mazmur 139
  • Ketika iman Anda perlu dikuatkan, putar Ibrani 11
  • Ketika Anda merasa sendiri dan takut, putar Mazmur 23
  • Ketika hidup Anda sedang dalam kepahitan, putar 1 Korintus 13
  • Untuk rahasia kebahagiaan Paulus, putar Kolose 3:12-17
  • Untuk arti kekristenan, putar 1 Korintus 5:15-19
  • Ketika Anda merasa kecewa dan ditinggalkan, putar Roma 8:31-39
  • Ketika Anda menginginkan kedamaian dan ketenangan, putar Matius 11:25-30
  • Ketika dunia terlihat lebih besar dari Tuhan, putar Mazmur 90
  • Ketika Anda ingin jaminan kekristenan, putar Roma 8:1-30
  • Ketika Anda berangkat kerja atau berpergian, putar Mazmur 121
  • Untuk penemuan/kesempatan besar, putar Yesaya 55
  • Ketika Anda membutuhkan keberanian untuk suatu tugas, putar Yosua 1
  • Supaya Anda dapat bergaul dengan baik terhadap sesama, putar Roma 12
  • Ketika Anda memikirkan kekayaan, putar Markus 10
  • Saat Anda mengalami depresi, putar Mazmur 27
  • Jika Anda kesulitan keuangan, putar Mazmur 37
  • Jika Anda kehilangan kepercayaan terhadap orang, putar 1 Korintus 13
  • Jika orang di sekitar kita tampak berlaku tidak baik, putar Yohanes 15
  • Ketika Anda menemukan dunia mengecil dan Anda merasa besar, putar Mazmur 19
Nomor-nomor tersebut dapat langsung dihubungi. Operator tidak diperlukan. Seluruh saluran Surga terbukan 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu! Dan, yanhg penting, bagikan daftar telepon ini kepada orang-orang di sekeliling kita. Siapa tahu mungkin mereka sedang membutuhkan.

Warta Santo Matius, Edisi 13 Maret 2011

Tuesday, March 08, 2011

Selamat menyambut masa prapaskah


Berhubung besok sudah memasuki rabu abu
Segenap Keluarga Mahasiswa Katolik Budi Luhur mengucapkan
selamat menyambut masa prapaskah. Semoga Tuhan berkenan menyatukan matiraga, penyangkalan diri dan amal kasih yang kita lakukan dengan kurban Kristus sendiri. 
Tuhan Memberkati, Bunda Maria Melindungi

APA SIH RABU ABU??

Rabu Abu adalah permulaan Masa Prapaskah, yaitu masa pertobatan, pemeriksaan batin dan berpantang guna mempersiapkan diri untuk Kebangkitan Kristus dan Penebusan dosa kita.

Mengapa pada Hari Rabu Abu kita menerima abu di kening kita? Sejak lama, bahkan berabad-abad sebelum Kristus, abu telah menjadi tanda tobat. Misalnya, dalam Kitab Yunus dan Kitab Ester. Ketika Raja Niniwe mendengar nubuat Yunus bahwa Niniwe akan ditunggangbalikkan, maka turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. (Yunus 3:6). Dan ketika Ester menerima kabar dari Mordekhai, anak dari saudara ayahnya, bahwa ia harus menghadap raja untuk menyelamatkan bangsanya, Ester menaburi kepalanya dengan abu (Ester 4C:13). Bapa Pius Parsch, dalam bukunya "The Church's Year of Grace" menyatakan bahwa "Rabu Abu Pertama" terjadi di Taman Eden setelah Adam dan Hawa berbuat dosa. Tuhan mengingatkan mereka bahwa mereka berasal dari debu tanah dan akan kembali menjadi debu. Oleh karena itu, imam atau diakon membubuhkan abu pada dahi kita sambil berkata: "Ingatlah, kita ini abu dan akan kembali menjadi abu" atau "Bertobatlah dan percayalah kepada Injil".
Abu yang digunakan pada Hari Rabu Abu berasal dari daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya yang telah dibakar. Setelah Pembacaan Injil dan Homili abu diberkati. Abu yang telah diberkati oleh gereja menjadi benda sakramentali.

Dalam upacara kuno, orang-orang Kristen yang melakukan dosa berat diwajibkan untuk menyatakan tobat mereka di hadapan umum. Pada Hari Rabu Abu, Uskup memberkati kain kabung yang harus mereka kenakan selama empat puluh hari serta menaburi mereka dengan abu. Kemudian sementara umat mendaraskan Tujuh Mazmur Tobat, orang-orang yang berdosa berat itu diusir dari gereja, sama seperti Adam yang diusir dari Taman Eden karena ketidaktaatannya. Mereka tidak diperkenankan masuk gereja sampai Hari Kamis Putih setelah mereka memperoleh rekonsiliasi dengan bertobat sungguh-sungguh selama empat puluh hari dan menerima Sakramen Pengakuan Dosa. Sesudah itu semua umat, baik umum maupun mereka yang baru saja memperoleh rekonsiliasi, bersama-sama mengikuti Misa untuk menerima abu.

Sekarang semua umat menerima abu pada Hari Rabu Abu. Yaitu sebagai tanda untuk mengingatkan kita untuk bertobat, tanda akan ketidakabadian dunia, dan tanda bahwa satu-satunya Keselamatan ialah dari Tuhan Allah kita.

sumber : Catholic Online Lenten Pages; www.catholic.org/lent/lent.html &
Ask A Franciscan; St. Anthony Messenger Magazine; www.americancatholic.org

Dalam agama Kristen tradisi barat (termasuk Katolik Roma dan Protestanisme), Rabu Abu adalah hari pertama masa Pra-Paskah. Ini terjadi pada hari Rabu, 40 hari sebelum Paskah tanpa menghitung hari-hari Minggu atau 44 hari (termasuk Minggu) sebelum hari Jumat Agung.
Pada hari ini umat yang datang ke Gereja dahinya diberi tanda salib dari abu sebagai simbol upacara ini. Simbol ini mengingatkan umat akan ritual Israel kuna di mana seseorang menabur abu di atas kepalanya atau di seluruh tubuhnya sebagai tanda kesedihan, penyesalan dan pertobatan (misalnya seperti dalam Kitab Ester 4:1, 3). Dalam Mazmur 102:10 penyesalan juga digambarkan dengan "memakan abu": "Sebab aku makan abu seperti roti, dan mencampur minumanku dengan tangisan." Biasanya pemberian tanda tersebut disertai dengan ucapan, "Bertobatlah dan percayalah pada Injil."
Seringkali pada hari ini bacaan di Gereja diambil dari Alkitab, kitab II Samuel 11-12, perihal raja Daud yang berzinah dan bertobat.
Banyak orang Katolik menganggap hari Rabu Abu sebagai hari untuk mengingat kefanaan seseorang. Pada hari ini umat Katolik berusia 18–59 tahun diwajibkan berpuasa, dengan batasan makan kenyang paling banyak satu kali, dan berpantang.

Di banyak negara berkebudayaan Katolik Roma di Eropa dan Amerika, Rabu Abu didahului masa karnaval (termasuk misalnya Mardi Gras) yang berakhir pada hari Selasa, sehari sebelum Rabu Abu.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Peraturan Pantang Dan Puasa 2011

PERATURAN PANTANG DAN PUASA
KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA
UNTUK TAHUN 2011
TEMA: MARI BERBAGI

Masa Prapaskah/Waktu Puasa Tahun 2011 dimulai pada hari Rabu Abu, 9 Maret sampai dengan hari Sabtu, 23 April 2011. 

Semua orang beriman kristiani menurut cara masing-masing wajib melakukan tobat demi hukum ilahi’ (KHK k.1249). Dalam masa tobat ini Gereja mengajak umatnya “secara khusus meluangkan waktu untuk berdoa, menjalankan ibadat dan karya amalkasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang(ibid). Semua umat beriman diajak untuk memelihara suasana tobat dan mengisi masa tobat ini dengan berbagai keutamaan hidup beriman dan tidak mudah terpengaruh atau mengikuti suasana lain di luar suasana khusus gerejani ini. 

Di samping itu sebagai tanda pertobatan dan syukur, Gereja minta supaya kita semua member perhatian dan mengarahkan hidup kita dengan bantuan beberapa hal berikut ini:

Dalam Masa Prapaskah kita diwajibkan:
-        Berpantang dan berpuasa pada hari Rabu, 9 Maret 2011 dan hari Jumat Suci, 22 April 2011. Pada hari Jumat lain-lainnya dalam Masa Prapaskah hanya berpantang saja.
-        Yang diwajibkan berpuasa menurut Hukum Gereja yang baru adalah semua yang sudah dewasa sampai awal tahun ke enam puluh (KHK k.1252). Yang disebut dewasa adalah orang yang genap berumur delapanbelas tahun (KHK k.97 §1).
-        Puasa artinya: makan kenyang satu kali sehari.
-        Yang diwajibkan berpantang: semua yang sudah berumur 14 tahun ke atas (KHK k.1252).
-        Pantang yang dimaksud di sini: tiap keluarga atau kelompok atau perorangan memilih dan menetukan sendiri, misalnya: pantang daging, pantang garam, pantang jajan, pantang rokok.

Kita semua diajak untuk memberi perhatian kepada saudara-saudara kita yang berkekurangan dengan cara berbagi untuk mereka. Secara khusus selama masa prapaskah kita merefleksikan dan mendalami sikap iman ini. Maka kita masing-masing diajak untuk mewujudkan keutamaan ini dalam hidup setiap hari sebagai syukur atas kasih Tuhan dan wujud pertobatan kita. Semoga dengan demikian relasi kita dengan Tuhan semakin dekat; kita semakin banyak mengalami kasih-Nya, persaudaraan dan kepedulian kita semakin ditingkatkan.

-        Baiklah jika kita semua saling mendukung dengan memelihara masa tobat ini. Maka sangat dianjurkan agar perkawina-perkawinan sedapat mungkin tidak dilaksanakan dalam masa Prapaskah (juga Adven), kecuali alasan yang berat. Pastor Paroki dimohon secara bijaksana mencermati dan mengambil kebijakan sebaik mungkin dalam situasi dan kebutuhan pelayanan umat ini.
-        Bila ada perkawinan yang karena alasan yang bisa dipertanggungjawabkan dilangsungkan dalam masa Prapaskah atau Adven, atau pada hari lain yang diliputi suasana tobat, pastor paroki hendaknya memperingatkan para mempelai agar mengindahkan suasana tobat itu, misalnya jangan mengadakan pesta besar (Upacara Perkawinan, Komisi Liturgi 1976, hal.14), untuk mengurangi kemungkinan menimbulkan batu sandungan.

Mari kita mensyukuri belaskasih Tuhan dan berusaha untuk membagikannya kepada sesama kita, terutama mereka yang sangat membutuhkan.

Jakarta, 5 Maret 2011



Mgr. Ignatius Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta